Sejarah Valentine Day, Maksiat Berbungkus Hari Kasih Sayang
Rabu 11 Rabiulakhir 1435 / 12 Februari 2014 15:43
Oleh: Hj. Irena Handono
Meski
nasihat-nasihat, imbauan-imbauan para ulama, ustadz-ustadzah tentang
Valentine selalu didengungkan tiap bulan Pebruari, tapi ternyata masih
banyak orang tua para remaja yang masih berpemahaman salah tentang
Valentine’s Day.
Valentine hanya dianggap sebagai budaya remaja
modern saja. Padahal ada bahaya besar di balik Valentine yang siap
menerkam para remaja. Ini yang tidak disadari para orang tua.
Tiap
bulan Pebruari remaja yang notabene mengaku beragama Islam ikut-ikutan
sibuk mempersiapkan perayaan Valentine. Walau banyak ustad-ustazah
memperingatkan nilai-nilai akidah Kristen yang dikandung dalam
peringatan tersebut, namun hal itu tidak terlalu dipusingkan mereka.
“Aku ngerayain Valentine kan buat fun-fun aja….” begitu kata mereka.
Tanggal 14 Pebruari dikatakan sebagai ‘Hari Kasih Sayang’. Apa benar? Mari kita tilik sejarahnya.
Siapakah Valentine?
Tidak
ada kejelasan, siapakah sesungguhnya yang bernama Valentine. Beragam
kisah dan semuanya hanyalah dongeng tentang sosok Valentine ini. Tetapi
setidaknya ada tiga dongeng yang umum tentang siapa Valentine.
PERTAMA,
St Valentine adalah seorang pemuda bernama Valentino yang kematiannya
pada 14 Pebruari 269M karena eksekusi oleh Raja Romawi, Claudius II
(265-270).Eksekusi yang didapatnya ini karena perbuatannya yang
menentang ketetapan raja, memimpin gerakan yang menolak wajib militer
dan menikahkan pasangan muda-mudi, yang hal tersebut justru dilarang.
Karena pada saat itu aturan yang ditetapkan adalah boleh menikah jika
sudah mengikuti wajib militer.
KEDUA, Valentine seorang pastor di
Roma yang berani menentang Raja Claudius II dengan menyatakan bahwa
Yesus adalah Tuhan dan menolak menyembah dewa-dewa Romawi. Ia kemudian
meninggal karena dibunuh dan oleh gereja dianggap sebagai orang suci.
KETIGA,
seorang yang meninggal dan dianggap sebagai martir, terjadi di Afrika
di sebuah provinsi Romawi. Meninggal pada pertengahan abad ke-3 Masehi.
Dia juga bernama Valentine.
Ucapan ”Be MyValentine”
Ken
Sweiger dalam artikel “Should Biblical Christians Observe It?”
mengatakan kata“Valentine” berasal dari Latin yang berarti : “Yang Maha
Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada
Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Maka disadari atau tidak,
-tulis Ken Sweiger- jika kita meminta orang menjadi “to be myValentine”,
hal itu berarti melakukan perbuatan yang dimurkai Tuhan (karena
memintanya menjadi “Sang Maha Kuasa”) dan menghidupkan budaya pemujaan
kepada berhala. Dalam Islam hal ini disebut syirik, artinya menyekutukan
Allah Subhannahu wa Ta’ala.
Adapun Cupid (berarti: the desire),
si bayi bersayap dengan panah adalah putra Nimrod “the hunter” dewa
Matahari. Disebut Tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita
bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri!
Tradisi penyembah berhala
Sebelum
masa kekristenan, masyarakatYunani dan Romawi beragama pagan yakni
menyembah banyak Tuhan atau Paganis-polytheisme. Mereka memiliki
perayaan/pesta yang dilakukan pada pertengahan bulan Pebruari yang sudah
menjadi tradisi budaya mereka. Dan gereja menyebut mereka sebagai kaum
kafir.
Di zaman Athena Kuno, tersebut disebut sebagai bulan
GAMELION.Yakni masa menikahnya ZEUS dan HERA. Sedangkan di zaman Romawi
Kuno, disebut hari raya LUPERCALIA sebagai peringatan terhadap Dewa
LUPERCUS, dewa kesuburan yang digambarkan setengah telanjang dengan
pakaian dari kulit domba.
Perayaan ini berlangsung dari 13hingga
18 Pebruari, yang berpuncak pada tanggal 15.Dua hari pertama
(13-14Februari) dipersembahkan untuk Dewi Cinta (Queen of Feverish Love)
Juno Februata. Di masa ini ada kebiasaan yang digandrungi yang disebut
sebagai Love Lottery/Lotre pasangan, di mana para wanita muda memasukkan
nama mereka dalam sebuah bejana kemudian para pria mengambil satu nama
dalam bejana tersebut yang kemudian menjadi kekasihnya selama festival
berlangsung. Seiring dengan invasi tentara Roma, tradisi ini menyebar
dengan cepat ke hampir seluruh Eropa.
Hal ini menjadi penyebab
sulitnya penyebaran agama Kristen yang saat itu tergolong sebagai agama
baru di Eropa. Sehingga untuk menarik jemaat masuk ke Gereja
makadiadopsilah perayaan kafir pagan ini dengan memberi kemasan
kekristenan. MakaPaus Gelasius Ipada tahun 469 M mengubah upacara Roma
Kuno Lupercalia ini menjadi Saint Valentine’s Day.
Ini adalah
upaya Gelasius menyebarkan agama kristen melalui budaya setempat.
Menggantikan posisi dewa-dewa pagan dan mengambil St Valentine sebagai
sosok suci lambang cinta.
Ini adalah bentuk sinkretisme agama,
mencampuradukkan budaya pagan dalam tradisi Kristen. Dan akhirnya
diresmikanlah Hari Valentine oleh Paus Gelasius pada 14Pebruari di tahun
498.
Bagaimanapun juga lebih mudah mengubah keyakinan
masyarakatsetempat jika mereka dibiarkan merayakan perayaan di hari yang
sama hanya saja diubah ideologinya. Umat Kristen meyakini StValentino
sebagai pejuang cinta kasih. Melalui kelihaian misionaris, Valentine’s
Day dimasyarakatkan secara internasional.
Jelas sudah, Hari
Valentine sesungguhnya berasal dari tradisi masyarakatdi zaman Romawi
Kuno, masyarakat kafir yang menyembah banyak Tuhan juga berhala. Dan
hingga kini Gereja Katholik sendiri tidak bisa menyepakati siapa
sesungguhnya StValentine. Meskipun demikian perayaan ini juga dirayakan
secara resmi di Gereja Whitefriar Street Carmelite di Dublin-Irlandia.
Valentin di Indonesia
Valentine’s
Daydisebut ‘Hari Kasih Sayang’, disimbolkan dengan kata ‘LOVE’. Padahal
kalau kita mau jeli, kata‘kasih sayang’ dalam bahasa inggris bukan
‘love’ tetapi ‘Affection’. Tapi mengapa di negeri-negeri muslim seperti
Indonesia dan Malaysia, menggunakan istilah Hari Kasih Sayang. Ini
penyesatan.
Makna ‘love’ sesungguhnya adalah sebagaimana sejarah
LUPERCALIA pada masa masyarakat penyembah berhala, yakni sebuah ritual
seks/perkawinan. Jadi Valentine’s Day memang tidak memperingati kasih
sayang tapi memperingati love/cinta dalam arti seks. Atau dengan bahasa
lain, Valentine’s Dayadalah HARI SEKS BEBAS.
Dan pada kenyataannya
tradisi seks bebas inilah yang berkembang saat ini di Indonesia.
Padahal di Eropa sendiri tradisi ini mulai ditinggalkan. Maka, semua ini
adalah upaya pendangkalan akidah generasi muda Islam.
Inilah yang
dikatakan Samuel Zweimer dalam konferensi gereja di Quds (1935): “Misi
utama kita bukan menghancurkan kaum Muslim. Sebagai seorang Kristen
tujuan kalian adalah mempersiapkan generasi baru yang jauh dari Islam,
generasi yang sesuai dengan kehendak kaum penjajah, generasi malas yang
hanya mengejar kepuasan hawa nafsu”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar